Toleransi Dalam islam
MAKALAH
Di Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Sosiologi Agama”
Di Susun Oleh Kelompok 10:
Faizatul Badriyah
18201401010215
Dosen Pengampu:
Ach. Sodiqil Hafil.
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PAMEKASAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,,
Alhamdulillah.. Puji syukur senantiasa
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahNya sehingga penulis dapat
merampungkan makalah ini dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung dan dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan yang ada pada penulis. Untuk itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun akan senantiasa penulis terima kasih demi kesempurnaan dan
kebaikan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir, semoga Allah SWT. senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin..
Pamekasan, 26-Mei-2016
Penulis,
DAFTRA ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah .................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah
............................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan
............................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Toleransi........................................................................... 3
B.
Toleransi dalam Pandangan Islam ..................................................... 4
C.
Macam-macam Toleransi ................................................................... 7
D.
Mamfaat Toleransi.............................................................................. 10
E.
Akibat Mengabaikaan Toleransi......................................................... 11
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ........................................................................................ 13
B.
Saran .................................................................................................. 13
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Toleransi
dalam Islam adalah topik yang penting ketika dihadapkan pada situasi saat ini
ketika Islam dihadapkan pada banyaknya kritikan bahwa Islam adalah agama
intoleran, diskriminatif dan ekstrem. Islam dituduh tidak memberikan ruang
kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, sebaliknya Islam sarat dengan
kekerasan atas nama agama sehingga jauh dari perdamaian, kasih sayang dan
persatuan.
Padahal
dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas.
“Tidak ada paksaan dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami
agama kami” adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Selain
ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah
hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-fakta historis itu
menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing.
Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya
kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka. Kemudian
rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan pengayaan-pengayaan
baru sehingga akhirnya menjadi praktik kesejarahan dalam masyarakat Islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian toleransi?
2.
Bagaimana toleransi dalam pandangan Islam itu sendiri ?
3.
Macam-Macam Toleransi?
4.
Apa saja manfaat dari toleransi ?
5.
Bagaimana akibat jika toleransi itu diabaikan ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah :
1.
Untuk mengetahui Definisi toleransi
2. Untuk memahami makna toleransi dalam Islam
3. Untuk
Mengetahui Apa saja macam-Macam Toleransi?
4. Agar mengetahui manfaat dari
toleransi
5. Agar mengetahui akibat bila mengabaikan toleransi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Toleransi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa kata toleransi adalah sifat atau sikap toleran.[1]
Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai “bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri.[2]
Kata toleransi sebenarnya bukanlah
bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari bahasa Inggris “tolerance”, yang
definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata toleransi/toleranLebih lanjut
menurut Abdul Malik Salman, kata tolerance sendiri berasal dari bahasa latin
“tolerare” yang berarti “berusaha untuk tetap bertahan hidup, tinggal, atau
berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai atau disenangi.[3]
Dengan demikian, pada awalnya dalam makna tolerance terkandung sikap
keterpaksaan.
Adapun
dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata
toleransi adalah تسامح. Kata ini pada dasarnya berarti al-jûd (kemuliaan),[4]
atau sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan).[5]
Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome)
dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia.[6]
Dengan demikian, berbeda dengan kata tolerance yang mengandung nuansa
keterpaksaan, maka kata tasâmuh memiliki keutamaan, karena melambangkan sikap
yang bersumber pada kemuliaan diri (al-jûd wa al-karam) dan keikhlasan.
B.
Toleransi Dalam
Pandangan Islam
Islam adalah agama yang sempurna memiliki
sejumlah syariat yang sangat menjunjung tinggi sikap toleransi.[7]
Saling
menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif.
Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama.
Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat
manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, “Semua makhluk
adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat
bagi sesama tanggungannya”.
Selain
itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu man
fil ardhi yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan
sayang pula mereka yang di langit kepadamu). Persaudaran universal adalah
bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan
terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu
masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan,
perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua
keburukan.
Fakta
historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam
ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah
dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW pada awal pembangunan Negara Madinah. Di
antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling
menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling
melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.[8]
Contoh
lain wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh Umar bin
Khattab. Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk Yerussalem,
setelah kota suci itu ditaklukan oleh kaum Muslimin.
Di
sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari
pemahaman bahwa umat manusia adalah satu kesatuan, dan akan kehilangan sifat
kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai
bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.
Namun,
prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah
teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di
dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah
dari prinsip ini.
Dalam
konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. Sebagaimana
dalam Q.s Al-Baqarah ayat 256“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama”, “Bagi kalian agama kalian, dan
bagi kami agama kami” (QS. Al-Kafirun:6) [9]adalah
contoh populer dari toleransi dalam Islam.
Dalam
hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat
Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya kepada
umat Islam. Al-Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam mengutamakan
terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang diantara umat
Islam dengan umat beragama lain. Kerjasama dalam bidang kehidupan
masyarakat seperti penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan penyakit sosial,
pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah beberapa contoh kerja
sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat beragama lain.
Namum
perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan mengakui
kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk mengikuti
ibadat-ibadat agama lain. Toleransi harus dibedakan dari komfromisme,
yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bisa
menciptakan kedamaian dan kebersamaan.
Toleransi
menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu
antara lain:
1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan
kedermawanan
2. Kelapangan dada karena kebersihan
dan ketaqwaan
3. Kelemah lembutan karena kemudahan
4. Muka yang ceria karena kegembiraan
5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin
bukan karena kehinaan
6. Mudah dalam berhubungan sosial
(mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
7. Menggampangkan dalam berda'wah ke
jalan Allah tanpa basa basi
8. Terikat dan tunduk kepada agama
Allah SWT tanpa rasa keberatan
Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik tersebut
merupakan:
1. Inti Islam
2. Seutama iman,
3. Puncak tertinggi budi pekerti
(akhlaq).
Dalam
konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik orang adalah
yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”, ditanyakan: “Apa hati
yang mahmum itu?” Jawabnya : “Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa,
tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki”. Ditanyakan: “Siapa
lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya : “Orang-orang yang membenci
dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”. Jawabnya:
“Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."
Dasar-dasar
al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan bahwa toleransi
dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi, baik lahir maupun
batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, dari
dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk
menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun
spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi
(as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum
minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh).
Kesalahan
memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil
(mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang
dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan
toleransi sebagai landasannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat
Al-Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran:
19)
Secara
umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-Rahmah), keadilan
(al-‘Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-Tauhid). Konsep-konsep
dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan masing-masing konsep
tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki makna yang saling terkait.
Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang mampu membedakan toleransi
perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu, hendaknya pendidikan
toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar (perspektif Islam)
tersebut.
C.
Macam Macam
Toleransi
Toleransi
/ tasamuh terdiri dari dua macam yaitu : toleransi terhadap sesama muslim dan
toleransi terhadap selain muslim.
a. Toleransi terhadap sesama muslim
merupakan suatu kewajiban, karena di samping
sebagai tuntutan sosial juga merupakan wujud persaudaraan yang terikat oleh
tali aqidah yang sama. Bahkan dalam hadits nabi dijelaskan bahwa seseorang
tidak sempurna imannya jika tidak memiliki rasa kasih sayang dan tenggang rasa
terhadap saudaranya yang lain.
“Tidak
sempurna iman seseorang di antara kamu, sehingga mencintai saudaranya
sebagaimana mencintai dirinya sendiri. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sikap toleran dan baik hati terhadap sesama terlebih lagi
dia seorang muslim pada akhirnya akan membias kembali kepada kita yaitu banyak
memperoleh kemudahan dan peluang hidup karena adanya relasi, disamping itu
Allah akan membalas semua kebaikan kita di akhirat kelak.
b. Adapun toleransi terhadap non muslim
mempunyai batasan tertentu selama
mereka mau menghargai kita, dan tidak mengusir kita dari kampung halaman.
Mereka pun harus kita hargai karena pada dasarnya sama sebagai makhluk Allah
SWT.
Bersikap
tasamuh bukan berarti kita toleran terhadap sesuatu secara membabi buta tanpa
memiliki pendirian, tetapi harus dibarengi dengan suatu prinsip yang adil dan
membela kebenaran. Kita tetap harus tegas dan adil jika dihadapkan pada suatu
masalah baik menyangkut diri sendiri, keluarga ataupun orang lain. Walaupun
keputusan tersebut akan berakibat pahit pada diri sendiri. Dalam ajaran
Islam keadilan ditegakkan tanpa memandang bulu baik rakyat jelata maupun
raja harus tunduk kepada hukum dan ajaran Allah SWT. Jika ia melanggar harus
menerima segala konsekwensinya.
Bentuk-
bentuk tasamuh dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain :
1. Tidak menggangu ketenangan tetangga
Rasulullah SAW bersabda :
Demi Allah tidak beriman, Demi Allah
tidak beriman, Demi Allah tidak beriman,. Saat itu beliau ditanya “ Ya Rasullah
siapakah yang tidak beriman itu “Rasulullah saw Bersabda ‘ (yakni) orang yang
tetangganya tidak merasa nyaman karena gangguannya. (H.R. Bukhori)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa pengakuan iman
seseorang tidak sempurna apabila masih suka menganggu ketenagan tenangganya,
baik dengan ucapan yang jelek maupun perbuatan.
2. Kerukunan antar umat islam
Saat ini dalam agama Islam berkembang berbagai macam paham
dan aliran. Walaupun demikian antara muslim yang satu dengan muslim yang
lainnya tetap merupakan saudara. Munculnya aliran yang berbeda-beda dari
perbedaan penafsiran karena penguasaan ilmu yang mendukung penafsiran itu
berbeda. Akan tetapi umat Islam harus menjunjung tinggi persaudaraan karena
yang mengikat persaudaraan diatara mereka adalah Islam. Dalam hadits Rasulullah
SAW bersabda : “Perumpamaan orang Islam di dalam sayang menyayangi dan kasih
mengasihi adalah bagaikan satu tubuh yang apabila ada salah satu anggota yang
sakit maka anggota tubuh yang lain akan merasakannya yaitu tidak bisa tidur dan
merasa demam” (H.R. Muslim)
Salah satu wujud kerukunan adalah adanya kemauan untuk
saling membantu, menolong dan saling menghargai satu sama lain.
3. Kerukunan umat Islam dengan umat
beragama lain
Islam merupakan agama yang mempunyai tolerasi tinggi terhadap
golongan yang beragama lain. Dakwah Islam tidak boleh dilaksanakan dengan cara
kekerasan dan paksaan akan tetapi harus dengan cara yang damai Firman Allah SWT
dalam Q.S Al-Baqarah : 256 yang artinya : “Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat[10].
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghutb dan beriman kepada Allah,
Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang
tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
4. Menyukai sesuatu untuk tetangganya,
sebagaimana ia suka untuk dirinya sendiri.
Rasulullah
SAW bersabda : “Demi Dzat yang aku berada di dalam kekuasannya, tidaklah
seorang beriman sehingga ia menyukai buat tetangganya atau saudara sesuatu yang
ia sukai buat dirinya sendiri” (H.R. Muslim).
D. Mamfaat dari Toleransi
Manfaat-manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi antara
lain:[11]
a. Menghindari terjadinya perpecahan
Bersikap
toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama.
Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan
dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat
mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam
kehidupan umat manusia ini.
Dalam
kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan yang
bersifat universal, berikut firman Allah SWT:
“Dia
telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang
kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada -Nya orang yang
kembali.”(As-Syuro:13)
”Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.” (Al-Imran:103)
Pesan
universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak terkecuali,
yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan antar umat
beragama maupun sesama umat beragama.
b. Memperkokoh silaturahmi dan menerima
perbedaan
Salah
satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali
silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia
lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya,
perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama
merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut
hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing
pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa
setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas
dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan
kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan
ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.
c. Memuaskan batin orang lain karena
dapat mengambil haknya sebagaimana mestinya.
d. Kepuasan batin yang tercermin dalam
raut wajahnya menjadikan semakin eratnya hubungan persaudaraan dengan orang
lain.
e. Eratnya hubungan baik dengan orang
lain dapat memperlancar terwujudnya kerjasama yang baik dalam kehidupan
bermasyarakat.
f. Dapat memperluas kesempatan untuk memperoleh rezeki karena
banyak relasi.
E.
Akibat Toleransi Diabaikan[12]
Hal-hal
yang dapat terjadi apabila toleransi di dalam masyarakat diabaikan adalah :
1. Menimbulkan konflik di dalam
masyarakat dikarenakan tidak adanya saling menghormati satu sama lain.
Yang paling membahayakan dari konfllik adalah menyebabkan lahirnya kekerasan
dan adanya korban, dan hal ini dapat berpengaruh pada keamanan dan stabilitas
suatu negara.
2. Semakin maraknya pelanggaran
HAM. Hal ini disebabkan oleh reduksi universalitas agama yang
mengakibatkan agama tersekat dalam tempurung yang sempit dan mewujudkan
angan-angan tersendiri bagi pengikutnya bisa dalam bentuk fanatisme sempit yang
tidak rasional bahkan menimbulkan ketakutan terhadap agama atau kelompok yang
bisa terkespresi dengan perilaku melanggar HAM.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam islam sangatlah memegang erat
sebuah toleransi, karna itu merupakan konsep dalam islam sejak masa Nabi dulu, Dalam hubungannya dengan orang-orang
yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan
bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya kepada umat Islam.
B.
Saran
Toleransi
sebagai salah satu kunci untuk mewujudkan hal tersebut perlu mendapatkan
perhatian yang lebih, agar terciptanya Negara yang terhindar dari perpecahan,
menerima adanya perbedaan serta mencintai silaturrahmi.
Toleransi
dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi
sejak Islam itu ada. Maka teori toleransi di dalam Islam harus
diimplementasikan dan dipraktikkan secara konsisten
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia (selanjutnya ditulis Depdikbud RI).. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Edisi
ke-2. Cet. Ke-1. 1991.
http://1artikelislam.blogspot.com/2012/10/TOLERANSI-DALAM-ISLAM-KEBEBASAN-BERAGAMA.html
Jamaluddin Muhammad bin Mukram Ibn al-Mandzur, Lisân al-‘Arab, Beirut: Dar Shadir. Cet. ke-1. Jilid 7. tt.
Malik Salman,
Abdul. al-Tasâmuh
Tijâh al-Aqaliyyât ka Dharûratin li al-Nahdhah. Kairo: The International Institute
of Islamic Thought.1993.
Warson Munawwir, Ahmad. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet.
Ke-14.1997.
[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia (selanjutnya ditulis Depdikbud RI). 1991. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Edisi ke-2. Cet. Ke-1. hlm. 1065
[3] Abdul
Malik Salman. al-Tasâmuh Tijâh al-Aqaliyyât ka
Dharûratin li al-Nahdhah.
Kairo: The International Institute of Islamic Thought.1993, hlm.
2
[4] Jamaluddin
Muhammad bin Mukram Ibn al-Mandzur,
Lisân al-‘Arab, Beirut: Dar Shadir. Cet. ke-1. Jilid 7, tt, hlm.
249
[5] Ahmad
Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab
Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet.
Ke-14.1997, hlm.
657
Tidak ada komentar:
Posting Komentar