PERKEMBANGAN LEMBAGA KEAGAMAAN
DAN PENDIDIKAN ISLAM
PESANTREN DAN PEMBERDAYAAN UMAT
MAKALAH
Di Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Sejarah Peradaban Islam di Indonesia”
Di Susun Oleh Kelompok 9:
Faizatul Badriyah
18201401010215
Dosen Pengampu:
Drs. H. Nor Hasan. M. Ag.
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PAMEKASAN
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,,
Alhamdulillah.. Puji syukur senantiasa
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahNya sehingga penulis dapat
merampungkan makalah ini dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung dan dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan yang ada pada penulis. Untuk itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun akan senantiasa penulis terima kasih demi kesempurnaan dan
kebaikan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir, semoga Allah SWT. senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin..
Pamekasan, 15 November 2015
Penulis,
DAFTRA ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah .................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah
............................................................................. 1
C.
Tujuan Penulisan
............................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Definisi pesantren............................................................................... 3
B.
Sejarah pesantren................................................................................ 4
C.
Jenis-jenis pesantren........................................................................... 5
D.
Peran pesantren dalam pemberdayaan umat...................................... 8
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ........................................................................................ 13
B.
Saran .................................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
tertua di Indonesia tidak saja memiliki peran strategis dalam aspek pencerahan
keilmuan. Namun ia juga merupakan lembaga pemberdayaan layaknya lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang ada di Indonesia saat ini. Itu artinya, pondok pesantren
merupakan LSM tertua di Indonesia. Dengan demikian, multi peran pesantren
tersebut memberikan harapan pesantren sebagai agen perubahan (agent of
change), baik dalam aspek keilmuan, sosial, budaya, dan pemberdayaan
ekonomi.
Sehingga tidak berlebihan kiranya obsesi tersebut
karena pesantren memiliki komponen-komponen bagi ekspektasi terhadap terjadinya
perubahan tersebut. Berbagai komponen tersebut adalah diantaranya posisi kiai
yang memiliki karisma, budaya keilmuan yang selalu menuntut nilai-nilai
idealisme, dan kemampuan memobilisasi massa untuk menumbuhkan partisipasi
masyarakat terhadap suatu program. Sejarah mencatat bahwa pondok pesantren
memiliki andil yang sangat besar bagi terwujudnya harmonisasi kehidupan. Metode
dakwah para Wali yang sangat bijak menjadi mindset pola dakwah dan
pemberdayaan masyarakat di Nusantara ini.
B.
Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, maka
yang menjadi perumusan masalah di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana definisi pesantren?
2.
Bagaimana sejarah pesantren itu?
3.
Apa saja jenis-jenis
pesantren?
4.
Bagaimana peran pesantren dalam pemberdayaan umat?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui:
1.
Definisi pesantren.
2.
Sejarah pesantren.
3.
Jenis-jenis pesantren.
4.
Peran pesantren dalam pemberdayaan umat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pondok Pesantren
Kata pondok berasal dari funduq (فُنْدُوْقٌ)
yang berarti penginapan, ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena
pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri
yang jauh dari tempat asalnya.[1]
Menurut Manfred dalam Ziemek (1986), kata pesantren
berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti
menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga
dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka
menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia
baik-baik.
Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur
kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik
kelasnya, mereka biasanya disebut Lurah Pondok. Tujuan para santri dipisahkan
dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan
sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.
Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan
sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji.
Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para
santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab
klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara
detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan
pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun Pondok pesantren secara definitif tidak dapat
diberikan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian
yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren.
B.
Sejarah Pesantren[2]
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam
tertua yang merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di
Indonesia dimulai sejak Islam masuk ke negeri ini dengan mengadopsi sistem
pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan
Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini,
pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan
sejarah bangsa.
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya
seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama
kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah
inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai. Pada zaman
dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang
terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan
dimengerti oleh santri.
Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang di
diami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka
menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar
rumah kyai. Semakin banyak jumlah santri, semakin
bertambah pula gubuk yang didirikan .Para santri selanjutnya mempopulerkan
keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana,
contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan
nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin
memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas
vertikal (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas
horizontal (kesadaran social). Pesantren kini tidak lagi berkutat pada
kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan
cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikian
masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian, pesantren tidak
bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga
(seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons carut marut
persoalan masyarakat di sekitarnya.
Banyak
pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang
rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih
tinggi. Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan
lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah. Organisasi Massa
(ORMAS) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah Nahdlatul Ulama (NU). Ormas
Islam lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah dan Hidayatullah.
C.
Jenis- Jenis Pondok Pesantren
Jenis-jenis Pondok pesantren yang berkembang dalam
masyarakat antara lain adalah:[3]
1.
Pondok pesantren salaf (tradisional), Pesantren salaf menurut Zamakhsyari
Dhofier, adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab
Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah
ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan, yang dipakai dalam
lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan
umum. Sistem pengajaran pesantren salaf memang lebih sering menerapkan model
sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu.
Disebut demikian karena pengajian model ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu
yang biasanya dilaksanakan setelah mengerjakan shalat fardhu.
2.
Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum
dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang
menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK
dan bahkan PT dalam lingkungannya (Depag, 2003: 87). Dengan demikian pesantren
modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau dimodernkan pada
segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah.
Jamal Makmur Asmani membagi pesantren menjadi tiga macam yaitu :[4]
1.
Pesantren salaf
an-sich, seperti Sarang Rambang, Langitan Tuban dan Lirboyo Kediri. Pesantren model ini menerapkan pengajian hanya terbatas pada kitab kuning, intensifikasi musyawarah atau bahthul masail dan berlakunya sistem diniyah.
Kultur dan pradigma berpikirnya didominasi oleh term-term klasik, seperti tawadu’
yang berlebihan, zuhud, qanaah, barokah atau akhiratoriented.
kelebihan dari pesantren model ini adalah semangat mempengaruhi hidup yang luar
biasa, mental kemandiriannya yang tinggi, terjaga moralitas dan mentalitasnya
dari virus modernitas, mampu menciptakan insan kreatif, dinamis, progresif,
karena dia tertantang untuk menghadapi hidup tanpa formalitas ijazah.
2.
pesantern
modern an-sich, seperti pondok model Gantor dan
Zaitun Indramayu. Pondok pesantren
model ini menekanan penguasaan pada bahasa asing, tidak ada pengajian kitab kuning, kurikulum
mengadopsi kurikulum modern, lentur terhadap term-term tawadlu’, barokah
dan sejenisnya. Penekanan pada rasionalitas,
orientasi masa depan, persaingan hidup dan penguasaan tekhnologi. Adapun
kelemahan dari pesantren model ini adalah lemah terhadap penguasaan khazanah
klasik.
3.
Pesantren semi
salaf-semi modern, seperti di tebu ireng dan Tambak Beras di Jombang serta Asembagus
di Situbondo, karakteristik pesantren model ini adalah ada pengajian
kitab salaf, ada kurikulum modern, seperti bahasa inggis, fisika, dan
matematika, memp[unyai independensi dalam menentukan arah dan kebijakan dan ada
ruang kreatifitas yang terbuka lebar untuk santri, seperti bulletin, majalah,
seminar, bedah buku, dan lain-lain. Bergesernya nilai barokah, tawadhu’, dan
zuhud. Ukhrowi dan perjuangannya pada masyarakat menjadi berkurang.
Sedangkan
menurut Mas’ud dkk, ada beberapa tipologi atau model pondok pesantren yaitu:
Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas
aslinya sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-I-din)
bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan di pesantren ini sepenuhnya
bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab
kuning) yang ditulis oleh para ulama abad pertengahan. Pesantren model ini
masih banyak kita jumpai hingga sekarang, seperti pesantren Lirboyo di Kediri
Jawa Timur, beberapa pesantren di daerah Sarang Kabupaten Rembang, Jawa tengah
dan lain-lain.
1.
Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajarannya, namun
dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tidak mengikuti
kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang
dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal.
2.
Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalamnya, baik berbentuk
madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam naungan DEPAG) maupun
sekolah (sekolah umum di bawah DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjangnya, bahkan ada
yang sampai Perguruan Tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas-fakultas
keagamaan meliankan juga fakultas-fakultas umum. Pesantren Tebu Ireng di
Jombang Jawa Timur adalah contohnya.
3.
Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santrinya belajar
disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan agama
dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah sehingga bisa diikuti
oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya.
D.
Pesantren dalam Pemberdayaan Ummat
Kelahiran pondok pesantren di tanah air, tidak dapat
dipisahkan dari sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Kehadiran pondok pesantren
sampai saat ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat Islam. Pada awal berdirinya,
pondok pesantren umumnya sangat sederhana. Sebagi lembaga pendidikan islam yang tertua , sejarah perkembangan pondok
pesantren memiliki model-model pengajaran yang bersifat non klasikal, yaitu
model system pendidikan yang lazim digunakan dalam proses pembelajaran yaitu wetonan,dan sorogan. di jawa barat, metode tersebut diistiahkan dengan “Bendungan”, sedangkan di
sumatera digunakan istilah Halaqah.[5]
Metode wetonan atau halaqoh merupakan metode yang didalamnya terdapat seorang
kiyai yang membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya
membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan kiyai.
Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif.
Sedangkan metode sorogan adalah metode yang santrinya cukup pandai men’sorog’ kan (mengajukan) sebuah kitab
kepada kiyai untuk dibacadihadapannya, kesalahan dalam bacaan itu langsung
dibenarkan oleh kiyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar
mengajar individual.[6]
Akan tetapi, sejak 1970-an bersamaan dengan program
modernisasi pondok pesantren, mulai membuka diri untuk mempelajari pelajaran
umum. Pada mulanya, tujuan utama pondok pesantren adalah menyiapkan santri
untuk mendalami ilmu pengetahuan agama (tafaqqul fi al-din). Dewasa
ini, pertumbuhan dan penyebaran pesantren sangat pesat. Dengan menjamurnya
pondok pesantren yang penyuguhkan spesialisasi kajian baik tradisional ataupun
modern, membawa dampak positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di negeri
ini. Kehadiran pondok pesantreen telah nyata membantu pemerintah dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.[7]
Di samping itu, pesantren telah menawarkan jenis
pendidikan alternatif bagi pengembangan pendidikan nasional. Sejak awal
berdirinya pondok pesantren dikenal sebagai lembaga pengkaderan ulama, tempat
pengajaran ilmu agama, dan memelihara tradisi Islam. Fungsi ini semakin
berkembang akibat tuntutan pembangunan nasional yang mengharuskan pesantren
terlibat di dalamnya. Kini, di abad ke-21, sebagaimana disebut orang abad
milenium, peran pondok pesantren bukan saja sebagai lembaga pendidikan, tetapi
juga sebagai lembaga keagamaan dan lembaga sosial. Peran pesantren pun melebar
menjadi agen perubahan dan pembangunan masyarakat. Oleh karena itu, tidak heran
bila sekarang, pemerintah atau lembaga sosial kemasyarakatan menginginkan
pondok pesantren menjadi pusat pemberdayaan masyarakat, melalui berbagai
kegiatan yang sangat menunjang untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang
memiliki kompetensi yang tinggi.[8]
Dengan
sistem pondok pesantren tumbuh dan berkembang di mana-mana, yang ternyata
mempunyai peranan yang sangatpenting dalam usaha mempertahankan eksistensi umat
islam dari serangan dan penindasan fisik dan mental kaum penjajah beberapa abad
lamanya. Pesantren yang mulanya berlangsung secara sederhana , ternyata cukup
berperan dan banyak mewarnai perjalanan sejarah pendidikan islam di Indonesia,
serta banyak melahirkan tokoh-tokoh terkenal.[9]
Eksistensi pondok pesantren dalam
menyikapi perkembangan zaman, tentunya memiliki komitmen untuk tetap menyuguhkan
pola pendidikan yang mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang handal.Kekuatanotak (berpikir), hati (keimanan) dantangan (keterampilan), merupakan
modal utama untuk membentuk pribadi santri yang mampu menyeimbangi perkembangan
zaman. Berbagai kegiatan keterampilan dalam bentuk pelatihan/work-shop (daurah) yang
lebih memperdalam ilmu pengethuan dan keterampilan kerja adalah upaya untuk
menambah wawasan santri di bidang ilmu sosial, budaya dan ilmu praktis,
merupakan salah satu terobosan konkret untuk mempersiapkan individu santri di
lingkungan masyarakat.[10]
Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di lingkungan
masyarakat, maka pondok pesantren harus berani tampil dan mengembangkan dirinya
sebagai pusat keunggulan. Pondok pesantren tidak hanya mendidik santri agar
memiliki ketangguhan jiwa (taqwimu al-nufus), jalan hidup
yang lurus, budi pekerti yang mulia, tetapi juga santri yang dibekali dengan
berbagai disiplin ilmu keterampilan lainnya, guna dapat diwujudkan dan mengembangkan
segenap kualitas yang dimilikinya.[11]
Untuk mencapai tujuan di atas, para
santri harus dibekali nilai-nilai keislaman yang dipadukan dengan keterampilan.
Pembekalan ilmu dan keterampilan dapat ditempuh dengan mempelajari tradisi ilmu
pengetahuan agama dan penggalian dari teknologi keterampilan umum. Karena,
tradisi keilmuan dan kebudayaan Islam sangat kaya, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Sayyid Kuthub; “Yang benar, bahwasannya agama (Islam) bukan mengganti ilmu
dan kebudayaan, bahkan bukan pula musuh ilmu dan kebudayaan. Padahal, agama
Islam merupakan bingkai ilmu dan kebudayaan poros/sumbu untuk ilmu kebudayaan,
begitu pula sebagai metode ilmu dan kebudayaan dan membatasi bingkai dan poros
yang mampu memberi hukum (peraturan) bagi segala masalah kehidupan”.[12]
Mencermati karakteristik umat Islam
serta kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang
akan datang, disertai dengan perkembangan kebudayaan, maka pilihan format
pondok pesantren lebih menekankan kepada ilmu pengetahuan alam. Maka keberadaan
pondok pesantren sangat optimis sebagai alternatif pendidikan. Sebagaimana yang
pernah dikemukakan oleh Chistoper J. Lucas, “Pesantren menyimpan kekuatan yang
sangat luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan
dapat memberi informasi yang berharga dalam mempersiapkan kebutuhan yang inti
untuk menghadapi masa depan.”[13]
Di sinilah peran pesantren perlu
ditingkatkan. Tuntutan globalisasi tidak mungkin dihindari. Salah satu langkah
yang bijak adalah mempersiapkan pesantren tidak “ketinggalan kereta” agar tidak
kalah dalam persaingan. Pada tataran ini masih banyak pembenahan dan perbaikan
yang harus dilakukan oleh pondok pesantren. Paling tidak tiga hal yang mesti
digarap oleh pondok pesantren yang sesuai dengan jati dirinya.[14]
Pertama, pesantren
sebagai lembaga pendidikan pengkaderan ulama. Fungsi ini tetap harus
melekat pada pesantren, karena pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan
yang melahirkan ulama. Namun demikian, tuntutan modernisasi dan globalisasi mengharuskan
ulama memiliki kemampuan lebih, kapasitas intelektual yang memadai, wawasan,
akses pengetahuan dan informasi yang cukup serta responsif terhadap
perkembangan dan perubahan.[15]
Kedua, pesantren sebagai lembaga
pengembangan ilmu pengetahuan khusus agama Islam.Pada tatanan ini,
pesantren masih dianggap lemah dalam penguasaan ilmu dan metodologi. Pesantren
hanya mengajarkan ilmu agama dalam arti transfer of knowledge. Karena
pesantren harus jelas memiliki potensi sebagai “lahan” pengembangan ilmu agama.[16]
Ketiga, dunia
pesantren harus mampu menempatkan dirinya sebagai transformasi, motivator, dan
inovator. Kehadiran pesantren dewasa ini telah memainkan perannya sebagai
fungsi itu meskipun boleh dikata dalam taraf yang perlu dikembangkan lebih
lanjut. Sebagai salah satu komponen masyarakat, pesantren memiliki kekuatan dan
“daya tawar” untuk melakukan perubahan-perubahan yang berarti.[17]
Dari zaman ke zaman, generasi ke
generasi peran pondok pesantren melalui fungsi dan tugas santri adalah
memperjuangkan tegaknya nilai-nilai religius serta berjihad
mentransformasikannya ke dalam proses pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.
Tujuan yang dimaksud adalah agar kehidupan masyarakat berada dalam kondisi
berimbang (balanced) antara aspek dunia dan ukhrawi.[18]
Berdasarkan pendekatan sistemik dan
religi di atas, tentunya diakui bahwa peranan pondok pesantren harus sanggup
membangun idividu santri untuk membangun kelompok (sosial) yang
memiliki potensi kuat dalam mengisi pembangunan negeri ini. Dengan konsepsi yang
demikian itu, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang ideal,
terutama, karena di dalamnya memuat konsep pendidikan yang integralistik,
pragmatik, dan mempunyai akar budaya yang sangat kental di lingkungan
masyarakat[19]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kehadiran pesantren pada awalnya menjadi tempat
sosialisasi anak-anak dan remaja, sekaligus tempat belajar agama. Pesantren
berikhtiar meletakkan visi dan kiprahnya dalam kerangka pengabdian sosial, yang
pada mulanya ditekankan kepada pembentukan moral keagamaan. Pada
perkembangannya peran pesantren dikembangkan kepada upaya pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks seperti ini, pendidikan di pesantren
pada dasarnya merupakan pendidikan yang sarat dengan nuansa transformasi sosial.
Kiprah pesantren menjadi salah satu alternatif dalam upaya pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat di Indonesia.
Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di
lingkungan masyarakat, maka pondok pesantren harus berani tampil dan
mengembangkan dirinya sebagai pusat keunggulan. Pondok pesantren tidak hanya
mendidik santri agar memiliki ketangguhan jiwa (taqwimu al-nufus), jalan
hidup yang lurus, budi pekerti yang mulia, tetapi juga santri yang dibekali
dengan berbagai disiplin ilmu keterampilan lainnya, guna dapat diwujudkan dan
mengembangkan segenap kualitas yang dimilikinya.
Dari zaman ke zaman, generasi ke generasi peran pondok
pesantren melalui fungsi dan tugas santri adalah memperjuangkan tegaknya
nilai-nilai religius serta berjihad mentransformasikannya ke dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Tujuan yang dimaksud adalah agar
kehidupan masyarakat berada dalam kondisi berimbang (balanced) antara
aspek dunia dan ukhrawi.
Pesantren dianggap sebagai “benteng” nilai-nilai dasar
di masyarakat terhadap intervensi budaya asing. Dari sinilah pentingnya
keterkaitan pesantren dengan masyarakatnya yang tercermin dalam ikatan tradisi
dan budaya yang kuat dan membentuk pola hubungan fungsional dan saling mengisi
antara keduanya. Hal ini menuntut adanya peran dan fungsi pondok pesantren yang
sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa, dan negara yang terus
berkembang. Dan sebagian yang lain sebagai suatu komunitas, pesantren dapat
berperan menjadi penggerak bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
B.
Saran
Pendidika
islam di Indonesia bertumpu pada pendidikan pesantren. Mengutip pada perkataan kyai H Zawawi Imron yang di sampaikan dalam haul gusdur
yang ke 5 bahwa sudah banyak pondok pesantren yang sudah luntur dan bahkan
hilang ke salafannya da berlomba-loma mendirikan sistenm pendidikan modern yang
pada akhirnya akan menghilangkan metode pengajaran yang dilahirkan oleh
pesantren itu sendiri,
DAFTAR
PUSTAKA
Hamzah, Amir Pembaharuan
Pendidikan dan Pengajaran Islam .Jakarta : Mulia offset, 1989.
Hasbullah, Sejarah
Peradaban Islam Di Indonesia: lintasan sejarah pertumbuhan dan
pekembangan.ed.1 .Jakarta : PT.RajaGrafindo, 2001.
Iskandar Dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami.Bandung : PT Remaja rosdakarya, 2014.
Mahfudz Asmawi, Beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal
Kunir Wonodadi Blitar dan menjadi salah satu pengajar di Sekolah Tinggi
AgamaIslamNegeri(STAIN)Tulungagung.http://www.alkamalblitar.com/kajianilmiahkeislaman/91/pesantren-dan-pemberdayaan-umat.html.diakses tanggal 11-11-2015
Solichin Mohammad Muchlis, Masa Depan Pesantren.Surabaya : Pena salsabila, 2013.
[1] Iskandar
Dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan
Islami (Bandung : PT Remaja rosdakarya, 2014), hlm. 172
[4] Mohammad
Muchlis solichin, Masa Depan Pesantren,
(Surabaya : Pena salsabila, 2013) , hlm.117-118
[5] Hasbullah,
Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia: lintasan
sejarah pertumbuhan dan pekembangan.ed.1 (Jakarta : PT.RajaGrafindo, 2001),
hlm. 26
[7] Asmawi Mahfudz, Beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal
Kunir Wonodadi Blitar dan menjadi salah satu pengajar di Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri(STAIN)Tulungagung.http://www.alkamalblitar.com/kajianilmiahkeislaman/91/pesantren-dan-pemberdayaan-umat.html.diakses
tanggal 11-11-2015
CASINO LUXURY HOTEL CASINO HOTEL - Mapyro
BalasHapusCASINO LUXURY HOTEL in 경기도 출장마사지 Las 용인 출장마사지 Vegas NV at 3131 Las Vegas Blvd. 전라남도 출장마사지 South 89109 춘천 출장마사지 US. Find reviews and discounts for AAA/AARP members, seniors, Room types: Non-smoking roomsSuitesSmokiProperty amenities: Free parkingFree High SpRoom features: Air 충청남도 출장안마 conditioningHousekeeping Rating: 4.5 · 32 reviews