Rabu, 15 Juni 2016

PERKEMBANGAN LEMBAGA KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN DAN PEMBERDAYAAN UMAT



PERKEMBANGAN LEMBAGA KEAGAMAAN
 DAN PENDIDIKAN ISLAM
PESANTREN DAN PEMBERDAYAAN UMAT

MAKALAH
Di Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Sejarah Peradaban Islam di Indonesia”


Di Susun Oleh Kelompok 9:
Faizatul Badriyah
18201401010215


Dosen Pengampu:
Drs. H. Nor Hasan. M. Ag.



stain pamekasan.jpg
 








PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,,
Alhamdulillah.. Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahNya sehingga penulis dapat merampungkan makalah ini dengan baik. Dalam penyusunan makalah  ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dan dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang ada pada penulis. Untuk itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun akan senantiasa penulis terima kasih demi kesempurnaan dan kebaikan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT. senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin..

  Pamekasan, 15 November 2015
 


    Penulis,


DAFTRA ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C.       Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.       Definisi pesantren............................................................................... 3
B.       Sejarah pesantren................................................................................ 4
C.       Jenis-jenis pesantren........................................................................... 5  
D.       Peran pesantren dalam pemberdayaan umat...................................... 8

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan ........................................................................................ 13
B.       Saran .................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia tidak saja memiliki peran strategis dalam aspek pencerahan keilmuan. Namun ia juga merupakan lembaga pemberdayaan layaknya lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang ada di Indonesia saat ini. Itu artinya, pondok pesantren merupakan LSM tertua di Indonesia. Dengan demikian, multi peran pesantren tersebut memberikan harapan pesantren sebagai agen perubahan (agent of change), baik dalam aspek keilmuan, sosial, budaya, dan pemberdayaan ekonomi.
Sehingga tidak berlebihan kiranya obsesi tersebut karena pesantren memiliki komponen-komponen bagi ekspektasi terhadap terjadinya perubahan tersebut. Berbagai komponen tersebut adalah diantaranya posisi kiai yang memiliki karisma, budaya keilmuan yang selalu menuntut nilai-nilai idealisme, dan kemampuan memobilisasi massa untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat terhadap suatu program. Sejarah mencatat bahwa pondok pesantren memiliki andil yang sangat besar bagi terwujudnya harmonisasi kehidupan. Metode dakwah para Wali yang sangat bijak menjadi mindset pola dakwah dan pemberdayaan masyarakat di Nusantara ini.

B.            Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi perumusan masalah di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.             Bagaimana definisi pesantren?
2.             Bagaimana sejarah pesantren itu?
3.             Apa saja jenis-jenis  pesantren?
4.             Bagaimana peran pesantren dalam pemberdayaan umat?



C.           Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.             Definisi pesantren.
2.             Sejarah pesantren.
3.             Jenis-jenis pesantren.
4.             Peran pesantren dalam pemberdayaan umat.


BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Pondok Pesantren
Kata pondok berasal dari funduq (فُنْدُوْقٌ) yang berarti penginapan, ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya.[1]
Menurut Manfred dalam Ziemek (1986), kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut Lurah Pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.
Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun Pondok pesantren secara definitif tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren.
B.            Sejarah Pesantren[2]
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk ke negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang di diami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubuk yang didirikan .Para santri selanjutnya mempopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertikal (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran social). Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.
Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih tinggi. Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah. Organisasi Massa (ORMAS) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah Nahdlatul Ulama (NU). Ormas Islam lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah dan Hidayatullah.

C.           Jenis- Jenis Pondok Pesantren
Jenis-jenis Pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat antara lain adalah:[3]
1.             Pondok pesantren salaf (tradisional), Pesantren salaf menurut Zamakhsyari Dhofier, adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan, yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sistem pengajaran pesantren salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pengajian model ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan setelah mengerjakan shalat fardhu.
2.             Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya (Depag, 2003: 87). Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau dimodernkan pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah.
Jamal Makmur Asmani membagi pesantren menjadi tiga macam yaitu :[4]
1.             Pesantren salaf an-sich, seperti Sarang Rambang, Langitan Tuban dan Lirboyo Kediri. Pesantren model ini menerapkan pengajian hanya terbatas pada kitab kuning, intensifikasi musyawarah atau bahthul masail dan berlakunya sistem diniyah. Kultur dan pradigma berpikirnya didominasi oleh term-term klasik, seperti tawadu’ yang berlebihan, zuhud, qanaah, barokah atau akhiratoriented. kelebihan dari pesantren model ini adalah semangat mempengaruhi hidup yang luar biasa, mental kemandiriannya yang tinggi, terjaga moralitas dan mentalitasnya dari virus modernitas, mampu menciptakan insan kreatif, dinamis, progresif, karena dia tertantang untuk menghadapi hidup tanpa formalitas ijazah.
2.             pesantern modern an-sich, seperti pondok model Gantor dan Zaitun Indramayu. Pondok pesantren model ini menekanan penguasaan pada bahasa asing, tidak ada pengajian kitab kuning, kurikulum mengadopsi kurikulum modern, lentur terhadap term-term tawadlu’, barokah dan sejenisnya. Penekanan pada rasionalitas, orientasi masa depan, persaingan hidup dan penguasaan tekhnologi. Adapun kelemahan dari pesantren model ini adalah lemah terhadap penguasaan khazanah klasik.
3.             Pesantren semi salaf-semi modern, seperti di tebu ireng dan Tambak Beras di Jombang serta Asembagus di Situbondo, karakteristik pesantren model ini adalah ada pengajian kitab salaf, ada kurikulum modern, seperti bahasa inggis, fisika, dan matematika, memp[unyai independensi dalam menentukan arah dan kebijakan dan ada ruang kreatifitas yang terbuka lebar untuk santri, seperti bulletin, majalah, seminar, bedah buku, dan lain-lain. Bergesernya nilai barokah, tawadhu’, dan zuhud. Ukhrowi dan perjuangannya pada masyarakat menjadi berkurang.
            Sedangkan menurut Mas’ud dkk, ada beberapa tipologi atau model pondok pesantren yaitu:
Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-I-din) bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan di pesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang, seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur, beberapa pesantren di daerah Sarang Kabupaten Rembang, Jawa tengah dan lain-lain.
1.             Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajarannya, namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tidak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal.
2.             Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalamnya, baik berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam naungan DEPAG) maupun sekolah (sekolah umum di bawah DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjangnya, bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas-fakultas keagamaan meliankan juga fakultas-fakultas umum. Pesantren Tebu Ireng di Jombang Jawa Timur adalah contohnya.
3.             Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santrinya belajar disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan agama dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya.



D.           Pesantren dalam Pemberdayaan Ummat
Kelahiran pondok pesantren di tanah air, tidak dapat dipisahkan dari sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Kehadiran pondok pesantren sampai saat ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat Islam. Pada awal berdirinya, pondok pesantren umumnya sangat sederhana. Sebagi lembaga pendidikan islam yang tertua , sejarah perkembangan pondok pesantren memiliki model-model pengajaran yang bersifat non klasikal, yaitu model system pendidikan yang lazim digunakan dalam proses pembelajaran yaitu wetonan,dan sorogan. di jawa barat, metode tersebut diistiahkan dengan “Bendungan”, sedangkan di sumatera digunakan istilah Halaqah.[5] Metode wetonan atau halaqoh merupakan metode yang didalamnya terdapat seorang kiyai yang membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan kiyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif. Sedangkan metode sorogan adalah metode yang santrinya cukup pandai men’sorog’ kan (mengajukan) sebuah kitab kepada kiyai untuk dibacadihadapannya, kesalahan dalam bacaan itu langsung dibenarkan oleh kiyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengajar individual.[6]
Akan tetapi, sejak 1970-an bersamaan dengan program modernisasi pondok pesantren, mulai membuka diri untuk mempelajari pelajaran umum. Pada mulanya, tujuan utama pondok pesantren adalah menyiapkan santri untuk mendalami ilmu pengetahuan agama (tafaqqul fi al-din). Dewasa ini, pertumbuhan dan penyebaran pesantren sangat pesat. Dengan menjamurnya pondok pesantren yang penyuguhkan spesialisasi kajian baik tradisional ataupun modern, membawa dampak positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di negeri ini. Kehadiran pondok pesantreen telah nyata membantu pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.[7]
Di samping itu, pesantren telah menawarkan jenis pendidikan alternatif bagi pengembangan pendidikan nasional. Sejak awal berdirinya pondok pesantren dikenal sebagai lembaga pengkaderan ulama, tempat pengajaran ilmu agama, dan memelihara tradisi Islam. Fungsi ini semakin berkembang akibat tuntutan pembangunan nasional yang mengharuskan pesantren terlibat di dalamnya. Kini, di abad ke-21, sebagaimana disebut orang abad milenium, peran pondok pesantren bukan saja sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga keagamaan dan lembaga sosial. Peran pesantren pun melebar menjadi agen perubahan dan pembangunan masyarakat. Oleh karena itu, tidak heran bila sekarang, pemerintah atau lembaga sosial kemasyarakatan menginginkan pondok pesantren menjadi pusat pemberdayaan masyarakat, melalui berbagai kegiatan yang sangat menunjang untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi yang tinggi.[8]
Dengan sistem pondok pesantren tumbuh dan berkembang di mana-mana, yang ternyata mempunyai peranan yang sangatpenting dalam usaha mempertahankan eksistensi umat islam dari serangan dan penindasan fisik dan mental kaum penjajah beberapa abad lamanya. Pesantren yang mulanya berlangsung secara sederhana , ternyata cukup berperan dan banyak mewarnai perjalanan sejarah pendidikan islam di Indonesia, serta banyak melahirkan tokoh-tokoh terkenal.[9]
Eksistensi pondok pesantren dalam menyikapi perkembangan zaman, tentunya memiliki komitmen untuk tetap menyuguhkan pola pendidikan yang mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang handal.Kekuatanotak (berpikir), hati (keimanan) dantangan (keterampilan), merupakan modal utama untuk membentuk pribadi santri yang mampu menyeimbangi perkembangan zaman. Berbagai kegiatan keterampilan dalam bentuk pelatihan/work-shop (daurah) yang lebih memperdalam ilmu pengethuan dan keterampilan kerja adalah upaya untuk menambah wawasan santri di bidang ilmu sosial, budaya dan ilmu praktis, merupakan salah satu terobosan konkret untuk mempersiapkan individu santri di lingkungan masyarakat.[10]
Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di lingkungan masyarakat, maka pondok pesantren harus berani tampil dan mengembangkan dirinya sebagai pusat keunggulan. Pondok pesantren tidak hanya mendidik santri agar memiliki ketangguhan jiwa (taqwimu al-nufus), jalan hidup yang lurus, budi pekerti yang mulia, tetapi juga santri yang dibekali dengan berbagai disiplin ilmu keterampilan lainnya, guna dapat diwujudkan dan mengembangkan segenap kualitas yang dimilikinya.[11]
Untuk mencapai tujuan di atas, para santri harus dibekali nilai-nilai keislaman yang dipadukan dengan keterampilan. Pembekalan ilmu dan keterampilan dapat ditempuh dengan mempelajari tradisi ilmu pengetahuan agama dan penggalian dari teknologi keterampilan umum. Karena, tradisi keilmuan dan kebudayaan Islam sangat kaya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sayyid Kuthub; “Yang benar, bahwasannya agama (Islam) bukan mengganti ilmu dan kebudayaan, bahkan bukan pula musuh ilmu dan kebudayaan. Padahal, agama Islam merupakan bingkai ilmu dan kebudayaan poros/sumbu untuk ilmu kebudayaan, begitu pula sebagai metode ilmu dan kebudayaan dan membatasi bingkai dan poros yang mampu memberi hukum (peraturan) bagi segala masalah kehidupan”.[12]
Mencermati karakteristik umat Islam serta kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang, disertai dengan perkembangan kebudayaan, maka pilihan format pondok pesantren lebih menekankan kepada ilmu pengetahuan alam. Maka keberadaan pondok pesantren sangat optimis sebagai alternatif pendidikan. Sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh Chistoper J. Lucas, “Pesantren menyimpan kekuatan yang sangat luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberi informasi yang berharga dalam mempersiapkan kebutuhan yang inti untuk menghadapi masa depan.”[13]
Di sinilah peran pesantren perlu ditingkatkan. Tuntutan globalisasi tidak mungkin dihindari. Salah satu langkah yang bijak adalah mempersiapkan pesantren tidak “ketinggalan kereta” agar tidak kalah dalam persaingan. Pada tataran ini masih banyak pembenahan dan perbaikan yang harus dilakukan oleh pondok pesantren. Paling tidak tiga hal yang mesti digarap oleh pondok pesantren yang sesuai dengan jati dirinya.[14]
Pertama, pesantren sebagai lembaga pendidikan pengkaderan ulama. Fungsi ini tetap harus melekat pada pesantren, karena pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang melahirkan ulama. Namun demikian, tuntutan modernisasi dan globalisasi mengharuskan ulama memiliki kemampuan lebih, kapasitas intelektual yang memadai, wawasan, akses pengetahuan dan informasi yang cukup serta responsif terhadap perkembangan dan perubahan.[15]
Kedua, pesantren sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan khusus agama Islam.Pada tatanan ini, pesantren masih dianggap lemah dalam penguasaan ilmu dan metodologi. Pesantren hanya mengajarkan ilmu agama dalam arti transfer of knowledge. Karena pesantren harus jelas memiliki potensi sebagai “lahan” pengembangan ilmu agama.[16]
Ketiga, dunia pesantren harus mampu menempatkan dirinya sebagai transformasi, motivator, dan inovator. Kehadiran pesantren dewasa ini telah memainkan perannya sebagai fungsi itu meskipun boleh dikata dalam taraf yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Sebagai salah satu komponen masyarakat, pesantren memiliki kekuatan dan “daya tawar” untuk melakukan perubahan-perubahan yang berarti.[17]
Dari zaman ke zaman, generasi ke generasi peran pondok pesantren melalui fungsi dan tugas santri adalah memperjuangkan tegaknya nilai-nilai religius serta berjihad mentransformasikannya ke dalam proses pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Tujuan yang dimaksud adalah agar kehidupan masyarakat berada dalam kondisi berimbang (balanced) antara aspek dunia dan ukhrawi.[18]
Berdasarkan pendekatan sistemik dan religi di atas, tentunya diakui bahwa peranan pondok pesantren harus sanggup membangun idividu santri untuk membangun kelompok (sosial) yang memiliki potensi kuat dalam mengisi pembangunan negeri ini. Dengan konsepsi yang demikian itu, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang ideal, terutama, karena di dalamnya memuat konsep pendidikan yang integralistik, pragmatik, dan mempunyai akar budaya yang sangat kental di lingkungan masyarakat[19]



BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Kehadiran pesantren pada awalnya menjadi tempat sosialisasi anak-anak dan remaja, sekaligus tempat belajar agama. Pesantren berikhtiar meletakkan visi dan kiprahnya dalam kerangka pengabdian sosial, yang pada mulanya ditekankan kepada pembentukan moral keagamaan. Pada perkembangannya peran pesantren dikembangkan kepada upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks seperti ini, pendidikan di pesantren pada dasarnya merupakan pendidikan yang sarat dengan nuansa transformasi sosial. Kiprah pesantren menjadi salah satu alternatif dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia.
Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di lingkungan masyarakat, maka pondok pesantren harus berani tampil dan mengembangkan dirinya sebagai pusat keunggulan. Pondok pesantren tidak hanya mendidik santri agar memiliki ketangguhan jiwa (taqwimu al-nufus), jalan hidup yang lurus, budi pekerti yang mulia, tetapi juga santri yang dibekali dengan berbagai disiplin ilmu keterampilan lainnya, guna dapat diwujudkan dan mengembangkan segenap kualitas yang dimilikinya.
Dari zaman ke zaman, generasi ke generasi peran pondok pesantren melalui fungsi dan tugas santri adalah memperjuangkan tegaknya nilai-nilai religius serta berjihad mentransformasikannya ke dalam proses pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Tujuan yang dimaksud adalah agar kehidupan masyarakat berada dalam kondisi berimbang (balanced) antara aspek dunia dan ukhrawi.
Pesantren dianggap sebagai “benteng” nilai-nilai dasar di masyarakat terhadap intervensi budaya asing. Dari sinilah pentingnya keterkaitan pesantren dengan masyarakatnya yang tercermin dalam ikatan tradisi dan budaya yang kuat dan membentuk pola hubungan fungsional dan saling mengisi antara keduanya. Hal ini menuntut adanya peran dan fungsi pondok pesantren yang sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa, dan negara yang terus berkembang. Dan sebagian yang lain sebagai suatu komunitas, pesantren dapat berperan menjadi penggerak bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

B.            Saran
Pendidika islam di Indonesia bertumpu pada pendidikan pesantren. Mengutip pada perkataan kyai H Zawawi Imron yang di sampaikan dalam haul gusdur yang ke 5 bahwa sudah banyak pondok pesantren yang sudah luntur dan bahkan hilang ke salafannya da berlomba-loma mendirikan sistenm pendidikan modern yang pada akhirnya akan menghilangkan metode pengajaran yang dilahirkan oleh pesantren itu sendiri,
DAFTAR PUSTAKA


Hamzah, Amir Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam .Jakarta : Mulia offset, 1989.
Hasbullah, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia: lintasan sejarah pertumbuhan dan pekembangan.ed.1 .Jakarta : PT.RajaGrafindo, 2001.
Iskandar Dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami.Bandung : PT Remaja rosdakarya, 2014.
Mahfudz Asmawi, Beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar dan menjadi salah satu pengajar di Sekolah Tinggi AgamaIslamNegeri(STAIN)Tulungagung.http://www.alkamalblitar.com/kajianilmiahkeislaman/91/pesantren-dan-pemberdayaan-umat.html.diakses tanggal 11-11-2015
Solichin Mohammad Muchlis, Masa Depan Pesantren.Surabaya : Pena salsabila, 2013.


[1] Iskandar Dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami (Bandung : PT Remaja rosdakarya, 2014), hlm. 172
[2] Ibid.hlm.183
[3] Ibid. hlm.173
[4] Mohammad Muchlis solichin, Masa Depan Pesantren, (Surabaya : Pena salsabila, 2013) , hlm.117-118
[5] Hasbullah, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia: lintasan sejarah pertumbuhan dan pekembangan.ed.1 (Jakarta : PT.RajaGrafindo, 2001), hlm. 26
[6] Amir Hamzah, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam (Jakarta : Mulia offset, 1989), Hlm 26
[7] Asmawi Mahfudz, Beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi Blitar dan menjadi salah satu pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri(STAIN)Tulungagung.http://www.alkamalblitar.com/kajianilmiahkeislaman/91/pesantren-dan-pemberdayaan-umat.html.diakses tanggal 11-11-2015
[8] Ibid.
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11] Ibid.
[12] Ibid.
[13] Ibid.
[14] Ibid.
[15] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Ibid.
[18] Ibid.
[19] Ibid.


1 komentar:

  1. CASINO LUXURY HOTEL CASINO HOTEL - Mapyro
    CASINO LUXURY HOTEL in 경기도 출장마사지 Las 용인 출장마사지 Vegas NV at 3131 Las Vegas Blvd. 전라남도 출장마사지 South 89109 춘천 출장마사지 US. Find reviews and discounts for AAA/AARP members, seniors, Room types: Non-smoking roomsSuitesSmokiProperty amenities: Free parkingFree High SpRoom features: Air 충청남도 출장안마 conditioningHousekeeping Rating: 4.5 · ‎32 reviews

    BalasHapus